Langsung ke konten utama

Pendakian Gunung Kerinci dan Kisah Perjalanan


Gunung Kerinci merupakan puncak tertinggi di Sumatera  dengan tinggi Mt.3805 meter diatas permukaan laut (Mdpl) dan merupakan puncak vulkano tertinggi di Indonesia. Selain itu, Gunung Kerinci merupakan puncak tertinggi setelah Cartenz Jaya Wijaya (Seven summit). Para pendaki khusus nya pencinta gunung sudah pasti memasukkan Gunung Kerinci kedalam salah satu list perjalanan pendakian yang akan dituju.

Gunung Kerinci (via https://www.flickr.com)
Gunung kerinci terletak  desa Kresik Tuo Kecamatan Kayu Aro kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dan berbatasan langsung dengan Sumatera Barat. Gunung Kerinci merupakan gunung yang tersambung dengan bukit barisan dan merupakan hutan heterogen hujan tropis dengan habitat harimau sumatera dan badak sumaetra. Gunung Kerinci juga termaksud dalam kawasan hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Tulisan ini bukan lah semata memperkenalkan lokasi Gunung kerinci secara rinci, namun lebih kepada perjalanan pribadi saya dalam mendaki Gunung tertinggi Sumatera ini bersama tim B_Guide dari mulai persiapan keberangkatan hingga turun kembali dari Gunung Kerinci. Perjalanan ini juga bertujuan agar sahabat dan teman-teman yang ingin kesana dapat mempersiapkan diri dengan matang.


B_Guide adalah sebuah wadah yang memfasilitasi kegiatan ektrim, panjat tebing,naik gunung dan jumping jump yang diketuai oleh abangnda Bian.Perjalanan baru saja akan kami mulai, dengan tiga mobil yang berisikan orang orang dari berbagai macam latar belakang yang baru slaing mengenal, termaksud dari komunitas pencinta alam nsc Sumut,mtma sumut dan komunitas lainnya. B

Bak di kawal raider kami melaju beriringan.Medan menuju siantar,kemudian kami lanjutkan hingga Tarutung, tapi di Tarutung kami terpisah dan mobil kami yang selalu tertinggal menyalahi jalur yang seharusnya ke Sipirok namum membelok ke Sibolga.

Ah kenapa ini yg dibahas,ini sudah berlalu, Terlalu panjang edisi kesasar yang menyenangkan itu.Setelah melalui perjalanan yang memakan waktu dua hari satu malam,kami berkumpul kembali di Bukit Tinggi Sumatera Barat, tepatnya di tugu jam gadang sesuai arahan ketua tim.

Usai sarapan dan sejenak mengambil beberapa jepretan di tugu gadang,tugu Ahmad Yani dan tugu pahlawan tanpa nama, serta menyempatkan ke lubang jepang kamipun bergegas menuju Kerinci. Perjalanan menuju Kerinci membuat mataku enggan terpejam, pemandangan yang begitu indah, rumah rumah adat yang masih banyak dijumpai, serta udara yang sejuk menjadi teman perjalanan kami, eksotik gunung singgalang,marapi yang menjulang hingga danau singkarak yang membentang membuat perjalanan tak terasa lagi, kebun teh terluas yang baru pertama kutemui, Subhanallah begitu luasnya alam yang diciptakan Alloh,hingga setiap sudut kecilpun begitu tampak luas.

5 jam perjalanan dari Bukit Tinggi sampai  Kerinci melalui Lubuk Linggau. Dari perjalanan perkotaan, pedesaan, bukit bukit, jalan terjal dan berkelok telah kami lalui, dan sampai lah kami di pos danau gunung tujuh dan beristirahat mempersiapkan tenaga yag sudah habis diperjalanan.

Matahari sudah tampak samar samar dari home stay yang kami tumpangi,saya dan seluruh tim mempersiapkan diri ,logistik dan seluruh keperluan yang lainnya untuk pendakian. Pukul 12.00 perjalanan kami lanjutkan menuju Kresik Tuo kecamatan Kayu Aro pos registrasi pendakian gunung kerinci. Sebelum memasuki pos kami disugukan kembali pemandangan indah, kebun teh yang membentang luas dan gunung kerinci yang berdiri tegak,tenang. Tugu macam yang menjadi patung selamat datang di gerbang Kresik Tuo semakin menambah menariknya lokasi wisata ini.

Dari tugu macan sekitar 10 menit menggunakan kendaraan menuju R10 atau pos jaga balai TNKS. Kami didata untuk melengkapi administrasi perjalanan, serta sebagai salah bukti perlindungan dan kenyamanan pendakian kami nantinya, kami yang berjumlah 25 orang dikenakan biaya registrasi yang cukup murah yaitu 17.500 per orangnya, dan untuk wisatawan asing dikenakan 105.000 per harinya. Cukup terjangkau untuk sebuah seven summit.
Tugu Macan


Setelah puas mendata kami langsung diarahkan menuju pintu rimba yang berjarak 2 km dengan jarak tempuh sekitar 1 jam melewati perkebunan warga. Sebelum menuju pintu rimba ada beberapa warung yang menajadi tempat persinggahan, cukup untuk beristirahat, sambil menarik nafas untuk memulai pendakian, dan tak lupa pula kami menyantap jajanan olahan, gorengan emak yang lezat dan harganya pun sesuai kantong pendaki bakcpakeran  seperti kami, 2500 dapat 3 gorengan yang besar, bagi yang besar seperti saya mungkin  kenyang dengan 6 potong.
Warung persinggahan menuju pintu rimba

Setelah puas menyantap makanan dan beristirahat ketua tim kembali memanggil,Seluruhnya mengangkat carier masing masing, saya sarankan bagi anda para pendaki agar tidak menganting barang selain dimasukkan ke carier, mengingat medan yang kita lalui nanti cukup berat, mungkin nanti bisa dirasakan sendiri saat pendakian hehe.

Doa,dipimpin salah seorang teman "Fitrah". Seusai berdoa tim pun melanjutkan perjalanan,perjalanan yang sesungguhnya, perjalanan yang tidak bisa ditawar lagi, perjalanan yang akan membawa kita menuju puncak Kerinci, semangat, kekuatan akan menjadi yang utama nantinya.

Pintu rimba sudah tersentuh,pintu rimba merupakan batas anatar perkebuan dan hutan heterogen, disekitar pintu terlihat banyak benda benda yang tidak asing menurutku,benda benda yang biasa digunakan oleh orang orang untuk menghias ruangan,mempercantik dan untuk berjiarah, tetapi kenapa benda ini ada disini pikirku, ku abaikan dan terus berjalan hingga sampai pos 1 dengan ketinggian 1909 mdpl dengan jarak tempuh menghabiskan waktu 30 menit, mungkin bagi pejalan cepat bisa menempuh 15 menit.

Tak menghabiskan waktu kami lanjutkan perjalanan langsung menuju pos 2 (bangku panjang) dengan ketinggian 1.890 mdpl, dan saya menempuhnya selama 1 jam dengan medan yang mulai landai dan beberapa tanjakan. Di pos dua kami berhenti dan menunaikan ibadah wajib kami sebagai seorang muslim, 200 meter dari pos sebelah kiri terdapat sebuah sungai yang menjadi salah satu sumber air di gunung kerinci.

Dan perjalanan kami lanjutkan menuju pos 3 (batu lumut)  melewati jalan hutan dan landai menanjak,lelah mulai terasa, dan tampak matahari mulai condong ke arah barat, gerimispun mulai mengganggu perjalanan kami, jalan yang terus menanjak mulai menguras energi ,banyak para pendaki handal yang sudah mendahului kami ,mungkin mereka mengejar target fikirku, sama halnya dengan kami, tetapi mengingat bahwa ditim kami tidak lah semua mampu melakukan perjalanan seperti mereka, aku sendiri tidak ingin memaksakan diri,
aku penikmat perjalanan bukan lah pengejar puncak sejati.

Setelah 2 jam perjalanan kami tiba di pos 3 (batu lumut) dengan ketinggian 2.250 mdpl, dan Alhamdulilah hujan turun setelah kami sampai, maghrib sudah tiba,dan aku, dan bang Ammar sepakat berhenti sambil menunggu ketua tim, sementara tim yang lain langsung menuju shelter 1 dipandu oleh Guide kami "Guruh", Paijo panggilang akrabnya.

Hampir 2 jam kami menunggu,tetapi ketua tim belum sampai,setiap pendaki yang lewat kami tanya satu persatu tentang keberadaan mereka, masih di pos 1 kata seorang pendaki, kemudian yang lain menjawab lagi mereka sudah dipos 2, dan tak lama kemudian mereka muncul dengan keadaan lembab, dan tersenyum.

Cuaca yang tak mendukung dan sudah sangat gelap akhirnya kamipun memutuskan mendirikan camp di pos 3, tak aman berjalan saat malam,begitulah pesan panita pada saat pengarahan di R10, jalur yang kami lewati sebagian memang jalur yang masih digunakan oleh harimau Sumatera dan badak Sumatera yang sebenarnya sudah sangat langka dan hampir tidak pernah dijumpai lagi di sekitaran jalur pendakian,tetapi kami harus tetap waspada dan berusaha menjadi pendaki yang taat aturan.

Semalaman kami tidur,dan saling menjaga satu sama lain,cuaca dingin yang mulai menusuk, gerimis yang tak kunjung berhenti membuat suasana semakin terasa dingin, suara gitar dan nyanyian dari tenda tenda lain memecahkan kesunyian malam itu,tapi tak terlalu menghibur kami,karena sejujurnya ketenangan yang menentramkan dihutan,suara angin dan hujan cukup menjadi hiburan yang membuat ku susah tidur malam itu.

Suara burung yang bernyanyi,matahari,dan angin segar. Kubuka tenda kami yang sudah berembun. Pagi yang cerah, kubangunkan teman teman yang lain agar segera mempersiapkan perjalanan, salah seorang teman kenalan yang merupakan pendaki dari Jakarta menawari minuman untukku, begitulah karakter pendaki, meski ia sendiri sebenarnya membawa logistik yang terbatas, tetapi rasa kebersamaan membuat semuanya indah untuk dibagi. Saya bilang logistik ya, bukan membagi yang lain".

Pukul 09.00 pagi kami melanjutkan perjalanan kami kembali menuju shelter 1  yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari batu lumut dan menempuh 2,5 jam perjalanan bagi pejalan santai seperti saya dan 1,5 jam setengah bagi yang pendaki , dan 30 menit bagi pelari cepat hehe.
Jalur menuju shelter 1


Pukul 11.30 wib kami sampai di Shelter 1 yang ketinggiannya sudah mencapai 2500 mdpl.Dari sini kami melihat keindahan hutan bukit barisan yang hijau, dan perkampungan warga yang tampak seperti rumah rumah kecil dalam permainan monopoli, sangat kecil.Shelter 1 merupakan lokasi camp ground yang bisa menampung sekitar 20 tenda dome, dan tidak memiliki sumber mata air. Kamipun istirahat untuk mengisi tenaga, sholat, dan makan siang.

Pukul 13.15 perjalanan kami lanjutkan menuju shelter 2. Perjalanan menuju shelter 2 sekitar 5 jam, sekali lagi itu perjalanan santai saya, jika perjalanan normal akan menghabiskan waktu 3,5 jam menurut ranger gunung kerinci.

Jalan menuju shelter 2 melewati hutan yang menanjak,dan sesekali mendapati kemiringan 45-60 derajat. Kita akan banyak menemukan pohon paku pakuan serta pohon pohon yang ditutupi lumut hijau yang cantik sepanjang perjalanan menuju shelter 2.

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam saya bersama 1 orang tim "Bolot" sampai di shelter 2 dengan ketinggian 2.950 mdpl. Di shelter 2 juga banyak tenda tenda yang dipacakkan, yang artinya disini bagian dari camp ground. Selain itu  kita juga  akan menemukan sumber air, tetapi sumber air disini hanyalah berupa genangan yang terbatas, sehingga jika banyak yang mengambil tanpa beraturan air akan keruh dan tidak dapat digunakan.

Di shelter 2 kami memang tidak banyak menghabiskan waktu istirahat, mengingat hari semakin gelap. Perjalanan langsung kami lanjutkan menuju shelter 3,jarak shelter 2 menuju shelter 3 hanya berjarak 500 meter,dan bisa ditempuh 30 menit, tetapi jalur ini justru menjadi jalur yang paling sulit.
Kita akan melewati jalur air, kemudian lorong yang sempit, tidak hanya menanjak, tetapi kita harus memanjat dengan metode scrambling (menggunakan kekuatan tangan dan kaki).

Secara pribadi,jalur ini menjadi jalur yang paling aku sukai, great nya yang menantang serta terjal, membuat adrenalin ku terpacu,aku semakin semangat dibalik lelah yang hampir merubuhkan fisikku.akar akar kering yang melintang semakin mempersulit perjalananku.
Jalur menuju shelter 3


1 jam berlalu, langit menguning begitu indah,matahari hampir tenggelam,kulihat disekitar tepi jurang awan awan menutupi hutan dan perkampungan yang tadi sempat kulihat, tenda tenda sudah mulai terlihat, seorang laki laki meneriakiku, cepat naik,kalian sudah sampai di shelter 3, disini sunset, sunset teriaknya, aku yang sempat terpesona terkaget dan segera berlari menuju sumber suara itu,

Tak sepatahkatapun terucap dari bibirku kecuali rasa kagum. Aku sekarang berdiri diatas negri awan. Di upuk barat sunset menari nari menghiburku, seolah dia sedang mengucapkan selamat datang untukku.
Sunset di shelter 3 (camp ground )
                                                       
Subhanalloh 15 menit berlalu tanpa sepatah katapun. Sunset hilang dan langit mulai gelap,
aku dan temanku berusaha mencari tim lain yang sudah terlebih dahulu sampai, setelah diberi arahan untuk mendirikan tenda, kami segera membongkar isi tas, dan memacak tenda.

Shelter 3 yang merupakan camp ground terakhir dengan ketinggian 3200 mdpl memang tidak bisa banyak menampung tenda, hingga beberapa tenda kami harus terpisah karena tempat yang tidak memadai, itu sebabnya pula sebelumnya banyak yang saya lihat memilih camp di shelter 2.

Puas makan malam dan menghangatkan diri didalam tenda,kami pun memutuskan istirahat.
Istirahat memang menjadi bagian penting, perjalanan yang cukup melelahkan selama 2 hari ini, membuat tubuh rasanya ingin berhenti bergerak, tanjakan terakhir yang harus kita lewati lagi nanti, dini hari akan sangat membutuhkan tenaga yang ekstra.

Disela sela tidur hujan turun hingga membuat kenyamanan kami terganggu, getaran karena kedingan mulai terasa dari salah seorang temanku, tenda yang sempit dan seharusnya panaspun tidak cukup membuat kami hangat, istirahat total yang kami harapkanpun ikut terganggu, ditambah di jam 00.00 rekan rekan kami diluar yang merayakan tahun baru mulai menghidupkan kembang api,suasana menjadi riuh dan kelihatan teriakan teriakan senang diluar sana.

Aku penasaran dan ingin ikut  menikmati suasana itu sebenarnya, tetapi ruang yang sempit,dan angin yang kencang mengurungkan niatku. Kupejamkan kembali mataku sambil menahan penasaran dan hawa dingin serta getaran yang tak habis habisnya.Sejenak mataku terpejam, tiba tiba seorang teman membangunkan dan menghentak kami, sudah setengah 5 gumamnya,ayo kita bangun.

Langkah langkah kaki terdengar diluar tenda kami, sepertinya seluruh pendaki yang ingin memuncak sudah bersiap siap dan sebagian sudah berjalan.Jam 5 pagi dengan persiapan makanan ringan dan air minum, jas hujan serta sleeping bag dan  headlamp sudah menempel di badan kami didalam carier.

Kebiasaan membawa perlengkapan ini memang selalu menjadi kewajiban buat saya, pada saat mendaki atau pun sekedar memuncak dipagi hari,terutama ponco dan sleeping bag (aluminium voil). Perjalanan dari shelter 3 menuju puncak memakan waktu selama 4 jam (santai),yang seharusnya dapat ditempuh 2 jam.

Jalan berbatu dan berpasir semakin mempersulit,jalan terjal dan miring semakin menambah ketegangan di gelap nya fajar. Banyaknya pendaki saat itu semakin menambah jadwal perjalanan dan antrian disetiap titik.setiap 3 langkah kaki berhenti, kemudian jalan lagi dan berhenti lagi.

Begitulah seterusnya hingga matahari mulai muncul, langit yang tampak seperti lautan emas, dari puncak sinar sinar putih kamera tampak kelap kelip, dari tempatku berdiri terasa jauh sekali seperti melihat bintang bintang dilangit.

Dibalik melihat keindahan sunrise hatiku mulai gelisah, sanggupkah aku mencapai puncak yang terlihat masih sangat jauh,semangatku mulai pudar, waktu yang diberikan dipuncak hanya sampai pukul 9, sementara jam di tanganku menunjukkan jam 5.30.

Sunrise diperjalanan menuju puncak

Teman temanku juga sudah mulai gelisah, tetapi mereka berusaha meyemangati untuk terus melanjutkan perjalanan,kemudian setapak demi setapak seperti sebelumnya kami mulai, tetapi langkah lebih cepat.

Pukul 08.00 pagi kaki kami sampai di tanah datar yang cukup luas yang disebut dengan tugu Yudha. Tugu Yudha merupakan tanah memorian tempat hilangnya seorang pendaki bernama Yudha Sentika pada era 90 an yang jasadnya tidak ditemukan hingga saat ini.

Kami belum sampai, Puncak yang disebutkan masih harus ditempuh namun tidak jauh lagi, tetapi beberapa orang tim yang berjalan denganku memutuskan berhenti di tugu Yudha. Waktu yang hanya tinggal 1 jam lagi menikmati puncak tak kusia siakan, segera kukejar teman teman yang mendahuluiku, setengah jam berjalan tetapi aku belum sampai juga,hatiku semakin tak karuan, kulihat pendaki lain sudah mulai turun karena belerang yang tiba tiba naik dan membuat pernafasan terganggu.

Teman temanku diatas yang sebenarnya dekat tetapi terasa jauh karena medan nya yang menanjak terus memanggilku, ayo 5 menit lagi teriaknya, begitu semangat itu terus terdengar hingga tepat dipuku 09.00 aku sampai di puncak. Top 3.805 mdpl  yang sesungguhnya, top yang menjadi impian pendaki.

Puncak Kerinci 3.805 mdpl
Terlihat Samudra Hindia membentang begitu luas, sesekali kabut menutupi kembali,kemudian terlihat pula danau gunung tujuh ditengah bukit. Kota Padang, Jambi dan Bengkulu pun menjadi perhatianku. Dan tepat dibelakangku suara gas belerang yang keluar dari sisi kawah seluas 400 x 120. Tak takmpak kedalamannya karena tertutup oleh asap yang tebal.Jika cuaca baik  akan terlihat air berwarna hijau di kawah itu sebut salah seorang pendaki yang sudah pernah ke sini.



Pemandangan dari puncak


Pasti indah,tapi sayang hari ini aku tak bisa menikmatinya, dibulan september hingga januari memang terjadi musim hujan disini,dan kurang tepat untuk pendakian yang ingin mencari panorama, kecuali pendaki sabar memuncak sampai mendapat satu hari yang cerah.


Baru saja aku sampai diatas,tetapi panitia sudah meneriaki dari bawah,dan memberi aba aba agar segera turun, belum aku menikmati kawah yang tertutup kabut, langit yang terlihat dekat, tetapi panggilan darurat tak mungkin ku abaikan.

Kusempatkan membuka lembaran salam untuk sahabat dan keluargaku yang menantikan momen di puncak ini dari kejauhan sana,yang mendoakan perjalananku sampai menuju top. Sembari berjalan, satu persatu jepretan kusempatkan dan menyelesaikan janjiku.

Perintah turun semakin keras,sebenarnya jika cuaca baik waktu diatas bisa lebih lama, tetapi waktu itu cuaca tak bersahabat, kadang cerah terkadang kabut, belerang naik yang membawa gas beracun, tidak hanya mengganggu pernafasan tetapi mata pun perih.

Turun lebih cepat, saya dan tim behenti di tugu Yudha untuk melengkapi momen kebersamaan kami,
tetapi itupun dengan batas waktu yang terbatas, kabut sepertinya mulai mengelelingi gunung ini, kami berjalan hendak turun tetapi ranger menahan langkah kami.
Tugu Yudha

Ranger memilih menuntun kami dan seluruh tim untuk bersama demi menghindari tersesat dan kecelakaan karena salah jalan. Ranger disini memang orang orang profesional yang dipilih oleh pemerintah untuk menjadi panitia terutama pada saat libur besar seperi tahun baru ini, dimana pendaki sangat banyak.

Selain profesional mereka memang orang orang yang tergabung dalam komunitas pencinta alam, sehingga  keahliannya digunung tidak diragukan,terutama di Kerinci yang menjadi wilayah utama pendakian mereka selama ini.

Sampai dishelter 3 kembali kami tidak membuang waktu berlama lama, tenda dan seluruh perlengkapan kami susun dan langsung melanjut perjalanan turun. Cuaca sungguh tidak bersahabat, kami memakai jas hujan, setidaknya melindungi dari hujan dan kedinginan.

Perjalanan masih dishelter 3, tetapi hujan semakin deras,langit gelap, jalan yang dialiri air seperti sungai kecil, semakin licin, berlumpur, dan membuat perjalanan kami menjadi sangat sulit, dengan perlahan kami tetap berjalan, hingga sampai di shelter 2 kami berhenti untuk istirahat.

Kemudian melanjutkan kembali, menuju shelter 2 pun demikian,jalurnya yang panjang, licin, dan jurang yang terjal sudah menunggu kami, mungkin jika tidak berhati hati akan banyak korban yang terjun ke jurang yang kedalamannya setinggi gunung yang kami daki ini.

Wajah pucat,lapar,kehausan menjadi teman yang begitu dekat saat itu, rasanya jalan ini lebih jauh dari sebelumnya, lebih menyakitkan. Di shelter 1 kami  berhenti, tetapi cuaca justru berhenti juga,rasanya kami dipaksa jalan terus.

Perjalanan terus kami lanjutkan, tak lama kemudian hujan pun deras kembali, seperinya langit ingin membuat perjalanan kami semakin menantang,petualangan kami semakin menyenangkan. Suasana semakin parah, benar benar kehabisan air. Tak ingin habis akal, disepanjang jalan yang kami lihat ada genangan air, resapan air hujan dipohon, dan daun paku kami jadikan alternatif pelepas dahaga.

Magrib di pos 3,kemudian berlanjut ke pos 1, kami medapatkan air dari pendaki lain yang mendirikan camp, cukup melepas dahaga kami, sebenarnya kami sudah enggan meneruskan perjalanan mengingat ada nya peringatan untuk tidak berjalan dimalam hari, tetapi beruntung saat itu kami berjalan dengan ramai dan hujan sehingga perjalanan lebih aman,

Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya pintu rimba menyambut kami, dengan sambutan yang sama , bunga bunga dan barang sesajen. Dan kembali ku abaikan karena sudah terlalu lelah, kaki sudah tak mau berjalan, beberapa kali aku terjatuh dan dibantu oleh temanku Misbah dan abangnda Kibenk hingga sampai ke warung mak jawa.

Badan yang basah dan penuh lumpur semakin berantakan karena tidak ada air bersih di lokasi ini, air bersih hanya ada di R10. Dalam keadaan seperti kami tak akan sanggup berjalan lagi kesana, bersyukur mak jawa menawarkan air di kebunnya, airnya keruh karena memang tampungan hujan didalam bak.

Ini sangat membantu,setidaknya lumpur ditubuhku hilang. Selesai membersihkan diri, kulanjutkan menyantap makanan mak jawa, sama seperti kemaren gorengan tahu, tempe, dan bakwan, tapi hari terasa seperti makan di restauran bintang 5. 

Kuperhatikan mak jawa, sambil menyela nyela penasaranku yang belum tuntas, Mak ucapku, ya kenapa tuturnya dengan logat Jawa nya yang kental. Emak memang suku jawa. Di desa ini mendominan suku Jawa sehingga bahasa yang digunakan pun bahasa Jawa yang bercampur Sumatera.

Sambil sedikit menahan rasa ragu kuungkapkan perasaanku pada emak, kenapa dipintu rimba banyak sekali bunga bunga ucapku, emak tersenyum sambil menjawab,  disini memang begitu, masih kental dengan budaya budaya sesajen. Begitu ya mak ucapku, tapi tidak semua kok yang seperti itu sambung emak, mungkin karna melihat wajahku yang sedikit berubah.

Disini juga banyak kepercayaan lain,gunung ini memang  dipercaya sakral, budaya mendaki satu keluarga juga  masih sering dilakukan. Biasanya mereka mendaki bersama satu keluarga apabila mereka telah berhasil mendapatkan sesuatu yang mereka minta dan nazarnya adalah mendaki bersama sebagai rasa terimakasih dan rasa syukur.

Ternyata banyak satu keluarga yang mendaki kemaren,yang aku sangat bangga melihatnya, anak kecil usia 5 tahun sudah mendaki ternyata bagian dari tradisi. Kuteguk secangkir kopi pahit buatan emak sambil melepaskan penasaranku selama ini, Gleg.

Alhamdulillah,tuntaslah pendakian kami selama 3 hari ini,dan terpuaskanlah rasa penasaranku selama 3 hari ini pula. Segala puji bagi kholiq yang menguatkanku, menguatkan imanku serta memberi keselamatan bagi kami hingga kembali dengan keutuhan fisik.Bertambahnya keimanan insya Alloh.

Sungguh perjalanan ini membuatku semakin mengerti bahwa setiap perjuangan haruslah menghasilkan sebuah keberhasilan, bahwa menggapai sesuatu haruslah dengan perjuangan.
Semakin besar keinginan kita, maka semakin besar pula kesulitan yang akan kita temukan.

Senandung cinta kepadamu wahai Robbi arsy,yang memberikan satu cobaan kecil namun begitu berat melaluinya bagi makhluk sepertiku. Memberi sedikit warna yang aku tak habis memandang keindahannya.

Terimakasih wahai ibu, doamu menjagaku setiap waktu,sahabat yang menjadi pembalut lukaku, saudara baruku para MAN (Medan Anak Nyasar) Misba, Aser, Aldrian, Guruh, Taufik, Denik, Fitrah, yang menjadi teman setia diperjalananku.
Kenangan saat salah jalan (kesasar) di pantai pandan Sibolga
Mas Bian, Tika, Ajeng, Nanda, Ari, Minarti, kak Diyah, Nunung teman aseek perjalanan,dan mobil inspirasi yang begitu angker bang Yanta, bang Kibenk, Sofyan, Kholis, Rangga, Zein, bang Joe,bang Ammar dan dek Yudhi yang udah banyak membantu saat perjalanan malam. Tidak ada kebahagiaan selain bersama dengan kalian saat itu.


Semoga tulisan ini menginspirasi para pendaki dan dapat  memberi informasi,  sengaja saya rangkum dalam bentuk cerita perjalanan, agar pendaki ataupun wisatawan lebih bisa membaca jalur nyata pendakian sesuai standar perjalanan dan dapat lebih menyesuaikan waktu yang tepat dan terutama dapat melengkapi standarisasi pendakian untuk savety.

(Yuli Yanika / Ye)



















Komentar

  1. sudah kuliat ca tapi gak kubaca semuanya karena sedikit banyaknya aku udah tau isi tulisanmu ini karena kamu kan udah nyeritakannya sama ku.hehehe

    BalasHapus
  2. Keren kak, komplit isinya :D
    Rasanya baca ini kok aku kayak ada disitu ya, rasanya kayak ikut ke puncak hahaha..

    BalasHapus
  3. Keren kak, komplit isinya :D
    Rasanya baca ini kok aku kayak ada disitu ya, rasanya kayak ikut ke puncak hahaha..

    BalasHapus
  4. bg Ammar hahaha. kan memang ikut iyakan hehehe
    makasi bang ammar komennya hahaha

    BalasHapus
  5. Mantep kisahnya. Jadi pengen muncak lagi nih .. Hhh

    BalasHapus
  6. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/tren-wanita-nikahi-brondong-berakhir.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/raffi-ahmad-bilang-jodoh-seperti-sampah.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/ibu-hamil-baiknya-konsumsi-ini-agar.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebun Teh Sidamanik, Air Terjun Bah Biak, Simatahuting Simalungun

Kota Siantar merupakan daerah dataran tinggi. Siantar berada di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Simalungun memang terkenal dengan potensi wisatanya, gunung, hutan, kebun teh, air terjun bahkan danau terbesar di Asia Tenggara dapat ditemukan di Kabupaten Simalungun yaitu Danau Toba. Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke kota sejuk ini. Dan tempat yang pertama saya kunjungi bersama sahabat-sahabat saya adalah Simatahuting. Simatahuting merupakan kolam yang bersumber dari mata air yang sangat jernih. Sumber : 4.bp.blogspot.com Simatahuting terletak di Sidamanik. Selain airnya yang jernih dan dingin kita juga disuguhkan pemandangan persawahan yang hijau serta sungai kecil yang mengalar disekitar kolam semakin menambah kesegaran Simatahuting. Sumber mata air Simatahuting Tempat wisata ini juga sudah dikelola baik, dengan ditambahnya pondok pondok, warung dan musholla. Untuk menuju lokasi ini tidak terlalu sulit meski ada sedikit ja

Penyakit Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh . Semoga kesehatan dan keselamatan beserta pembaca sekalian. Sehat merupakan sebuah anugerah yang sangat berharga bagi manusia, sehat adalah sebuah kebutuhan, tanpa sehat kita tidak akan dapat menikmati kehidupan dan aktifitas kita dengan sempurna, sehingga kesahatan menjadi prioritas manusia dan makhluk hidup saat ini. Tumbuhan, hewan, dan Manusia butuh sehat. (via https://www.google.co.id) Definisi Sehat Menurut Para Ahli  - Sehat merupakan keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit      atau kelemahan. (WHO, 1947) - Sehat / kesehatan adalah  suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani). jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (UU kesehatan RI No. 23 Tahun 1992) - Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Prilaku yang sesuai dengan tujuan, perawata

Tempat Wisata Tarutung

Tarutung terletak di Kabupaten Tapanuli Utara  Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Ibu Kota. Tapanuli Utara. Tarutung juga dikenal dengan "Rura Silindung". Kota Tarutung dibelah oleh sebuah sungai sigeaon (Aek Sigeaon). Dan di pinggiran sungai ( Bronjong) kita akan menjumpai kedai kedai kecil yang menjajakan minuman dan makanan ringan. Tidak jauh dari lokasi ini terdapat tempat tempat wisata seperti pemandian Air Soda, pemandian Air Panas Sipoholon, goa Natumandi, dan tempat wisata yang paling terkenal di Tarutung (Salib Kasih), serta wisata budaya dan  kantor kantor pemerintahan Kota Tarutung. Bukit sulfur Sipoholon (via http://i.ytimg.com) Kali ini saya dan tim berkesempatan mengunjungi pemandian Air Soda yang belakangan ini sudah mulai hangat diperbincangkan di media sosial. Dan perjalanan hari ini spesial bersama teman teman saya yang luar biasa. Nas, Bojek, Yoan, Risa, Ami, Riyan, dan Puspa. Bersama Wahyu Blahe (Owner Cerita Medan) perjalanan ini menjadi